Friday, December 18, 2015

Japan 2015 Shopping Time Part 2 (Skytree, Ginza, Odaiba, Harajuku, Shibuya)

Klik untuk melihat Itinerary Japan 2015

Di postingan kali ini, EHS akan gabung 2 hari yang isinya belanja semua. Sebetulnya bukan belanjanya yang heboh, karena teman-teman EHS hanya belanja sepatu. Di Tokyo, daerah-daerah yang terkenal memang merupakan daerah belanja. Sebut saja Shinjuku, Harajuku, Shibuya, Ginza yang namanya sangat popular, itu semua merupakan tempat belanja dengan karakter masing-masing.


Sabtu, 3 Oktober 2015

Tokyo Skytree dan Tokyo Solamachi


Tokyo Skytree ini menara pemancar TV tertinggi di Jepang menggantikan Tokyo Tower dan menjadi landmark Tokyo. Terdapat 2 tempat observasi dengan ketinggian 350 meter dan 450 meter, yang menjadikan tempat ini observasi tertinggi di dunia. Kita dapat naik ke atas dengan membayar JPY 2,060 untuk yang pertama, dan tambahan JPY 1,030 kalau ingin mengunjungi yang tertinggi. Tentu saja EHS tidak naik. Kan sudah EHS bilang, tiba-tiba uang Yen EHS minipis tanpa sebab yang penting hahaha .. Dan akhirnya EHS dan teman-teman ke Tokyo Solamachi, mall yang berada tepat di bawah Tokyo Skytree. Kita ke Tokyo Solamachi tujuannya hanya satu, cari counter Onitsuka Tiger, merk sepatu ternama dari Jepang. Dan Jepang terkenal dengan barangnya yang dijual dalam negeri bakal lebih mahal tetapi lebih bagus daripada buat ekspor. Makanya teman-teman EHS ke Onitsuka Tiger buat cari yang Japan Made yang tidak akan bisa ditemukan di Negara lain.









Ginza

Tujuan berikutnya adalah Ginza. Ginza merupakan suatu daerah dengan banyak pertokoan merk premium tersebar disekitarnya. Usahakan waktu ke Ginza pada weekend diantara pukul 12.00 – 17.00. Karena pada saat itu, jalan di Ginza ditutup untuk kendaraan. Jadi kita bisa berjalan mengelilingi Ginza dengan lebih leluasa. Jangan lupa mengunjungi Uniqlo store yang memiliki lantai lebih dari 10.







Setelah puas di Ginza, tujuan berikutnya adalah Odaiba. Karena perut sudah keroncongan, akhirnya kita memutuskan makan di suatu restaurant di dalam pertokoan bawah tanah di Ginza Station.


EHS tidak tau namanya, sekali lagi keterbatasan bahasa. Tapi seperti biasa, EHS memilih gambar yang termasuk awal dengan harga hanya JPY 290. EHS mendapat nasi dengan daging babi dan sejenis labu dimasak dalam kecap. Salah satu makanan berat termurah yang pernah EHS dapat di Jepang. Sebetulnya system restaurant ini, kita memilih berbagai pilihan nasi dengan lauk yang sedikit, setelah itu ada berbagai pilihan tempura dan goreng-gorengan lainnya dengan tambahan harga sendiri. Kalau tidak mau menambah apapun juga, kita masih dapat mengambil remahan gorengan yang disediakan bersama bermacam pelengkap seperti acar jahe, kecap dan bubuk cabai. Dan jangan khawatir kalau lauknya sedikit, karena walaupun kita tidak tambah gorengan, ternyata dengan harga yang murah, dagingnya bisa dibilang masih cukup banyak.

Odaiba

Odaiba ini dulunya adalah pulau-pulau buatan yang diciptakan untuk benteng pertahanan terhadap serangan laut pada waktu perang. Setelah perang usai, pemerintah mengisi daerah diperbatasan pulau-pulau kecil tersebut untuk dijadikan satu. Setelah itu terjadilah pembangunan besar di tempat ini. Sempat terhenti pada krisis ekonomi dunia pada tahun 1990, sampai menjadi terbengkalai. Tetapi Jepang berhasil mengatasi masalah perekonomiannya dan melanjutkan pembangunan besar-besaran dan menjadikan Odaiba kota yang futuristic. Ada pertunjukan lampu di Fuji TV Building setiap malam, patung liberty, raibow bridge dan patung Gundam dengan ukuran aslinya.







Anak ini kok nongo terus sih !!!!
Setelah dari Odaiba, kita balik ke hostel di Asakusa.  Pada malam harinya, kita makan di sebuah Izakaya, bar kecil yang menjual minuman beralkohol beserta makanan pendampingnya. Kebetulan malam itu EHS berulang tahun, makanya kita minum-minum dan makan di sana.


Ada satu kejadian yang lumayan menakutkan. Salah satu teman EHS tiba-tiba dadanya menjadi sesak, sulit bernafas. Pertama kita kira dia hanya pura-pura, karena dia tidak mau minum banyak. Tapi EHS sadar itu bukan pura-pura, karena dia sampai menangis. Untungnya EHS bawa Alupent, obat semprot untuk asma (karena EHS kadang asma kalau ada debu atau batuk pilek parah). Tapi tidak lama, teman EHS sudah baikan walaupun tanpa Alupent. Gara-gara kejadian itu, EHS berpikir untuk mengambil asuransi perjalanan. Ga mau juga kan kita sampai ke rumah sakit di luar negeri padahal uang kita mepet.


Minggu, 4 Oktober 2015

Hari ini adalah hari terkhir kita di Tokyo. Rencananya pagi ini kita check out, dan membawa tas kita untuk dititipkan di loker. Berhubung jadwal hari ini tidak terlalu banyak, hanya Harajuku dan Shibuya, maka itu kita masih enak-enakan di hostel sampai lumayan siang. Setelah itu kita menuju Shibuya untuk menitipkan tas-tas kita.

Ternyata, karena sudah siang, lokernya sudah penuh. Kita sempat mencari di beberapa loker dan selalu penuh. Sampai akhirnya kita cari pusat informasi, dan menanyakan letak semua loker di Shibuya. Ga enak juga kan kalau kamu jalan-jalan dengan membawa koper yang besar-besar. Sampai akhirnya ada satu loker yang letaknya di dalam. Dengan harapan karena jarang ada yang lewat, kita menuju ke sana. Tetapi menuju ke sana pun tidak mudah. Untungnya ada seorang wanita bule beraksen British yang sangat baik. Wajahnya dan tingkah lakunya mirip sekali dengan Professor McGonagall.

Source : www.fanpop.com
Dia memakai kalung tanda pengenal, jadi EHS berpikir pasti dia salah satu anggota Order of the Phoenix dari Shibuya Station. Dan dia memberi tahu caranya ke loker tersebut. Karena dia tidak yakin kita bakal menemukannya, dia mengantarkan kita sampai ke loker. Baik banget deh, sangat cocok dengan karakter sang Professor McGonagall yang tegas, baik hati dan tidak sombong. Salah satu kebaikan waktu kita traveling, kita bakal mudah bersyukur. Walaupun dia hanya mengantarkan saja, tapi bagi kita yang sudah keliling mencari loker satu setengah jam, bantuan ini terasa dalam maknanya.

Harajuku dan Omotesando Hill

Setelah menaruh tas di loker, kita lanjut ke Harajuku. Kenapa kok ga ditaruh di Harajuku saja? Harajuku Station ini sangat kecil, jadi EHS tidak yakin apa ada lokernya. Harajuku biasanya lebih terpusat di Takeshita-dori, satu jalan kecil yang tertutup untuk kendaraan. Di sana banyak terdapat butik baju maupun aksesoris dengan tema yang lebih ekstrim dari biasanya. Makanya banyak orang berbaju unik di tempat ini. Dan kalau ingin melihat para cosplayer, datang saja di Yoyogi Park di dekat Takeshita-dori. Kita jalan dari Harajuku Station sampai ke Omotesando Hill, baru belok ke Shibuya.








Ada satu hal yang dibanggakan di daerah Harajuku, tepatnya di Takeshita-dori, yaitu Marion Crepes. Harga paling murah JPY 800, termasuk mahal untuk ukuran crepes. Tapi isiannya memang banyak, tapi menurut EHS Marion Crepes ini overrated. Atau mungkin karena ekspektasi EHS sudah ketinggian, karena banyak lihat di blog orang yang traveling ke Jepang selalu makan ini dan kebanyakan bilang must eat? Atau EHS mungkin salah pilih menu hahaha ..


Shibuya

Tujuan berikutnya adalah Shibuya. Tadi paginya kita sudah ke Shibuya dan menitipkan koper dan juga bertemu dengan Professor McGonagall. Kini saatnya kembali ke Shibuya untuk benar-benar melihat ada apa saja di sini. Shibuya ini bisa dibilang seperti bundaran HI di Jakarta (walaupun EHS hanya pernah lihat di tipi hahaha), karena ada banyak mall berjejer-jejer. Bahkan ada Shibuya 109 Men yang semuanya berisi keperluan cowok, walaupun di lantai Ground ada yang jual pernak-pernik Hello Kitty (EHS juga bingung, tapi hanya 1 itu aja). Tapi yang paling terkenal dari Shibuya adalah Shibuya crossing, yaitu perempatan Shibuya yang dipenuhi orang yang menyebrang dari segala sisi. Dan yang hebatnya lagi, K-Pop Idol mendominasi semua papan reklame di Shibuya. Ternyata demam K-Pop melanda dimana-mana. Padahal Jepang punya banyak artis terkenal juga kan.


Wajah anak ini selalu melas kalau foto hahaha ..








Dan juga patung Hachiko, yang memiliki makna mendalam sebagai seorang anjing, eh seekor anjing. Yang sampai dibuat ulang sama Hollywood dan diperankan oleh Richard Gere. Bukan!!! Bukan Richard Gere yang memerankan jadi Hachiko, tapi dia jadi professor pemilik anjing yang bernama Hachiko (ngawur kamu).



Selesai juga wisata belanja di Tokyo. Tidak hanya belanja saja sih yang selesai, tapi Tokyo juga. Karena malamnya kita bakal naik night bus menuju ke Kyoto. Kita menggunakan bus Willer Express yang dapat di klik di sini WILLER EXPRESS. Kita belinya sebelum berangkat, karena takut kehabisan kursi. Sebetulnya ada pilihan dari Shinjuku Station, tapi karena hari Minggu, maka harganya naik (mungkin karena stok kursi sudah menipis). Dan akhirnya kita memilih dari Ikebukuro Station yang harganya kalau dikurskan lebih murah sekitar IDR 250,000. Jadi jangan lupa untuk subscribe di kanan atas agar tidak ketinggalan cerita-cerita berikutnya.




< Prev                                                                                                                                             Next >

2 comments:

  1. Ko Edo~~ fotonya bagussss.. pake kamera apa? trus kayak tokyo skytree itu juga bisa kefoto sampe mentok tapi dari jarak yang dekat. foto-foto lainnya juga okee~~ ditunggu kelanjutan ceritanya. :D

    ps: happy bday!! semoga makin cetar, kayaa biar bisa jalan-jalan terus plus ketemu si jodoh biar bisa travelling bareng.. heheheeh
    duh, ini telat banget deh, waktu itu tau sih ko2 ultah cuma lupa tanggalnya. mau nanya gak enak..

    (Thea - lagi gak sign in. lol)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kameranya Sony ILCE 5100 White. Ya itu foto Skytree fotonya dari jauh. Penginapanku kan dekat sama skytree, jadi kita kesananya jalan. Makanya bisa dapat jarak terbaik, kelihatan semua dalam jarak paling dekat.

      Thank you Thea. Amien banget deh. Semoga keliling dunia berduaan saja. Siapa yang mau sama aku hahaha .. Honeymoon terus hahaha ..

      Delete